Tata Cara Pengutipan dalam Karya Ilmiah
Kutipan adalah gagasan, ide, atau pendapat
yang diambil dari berbagai ahli dari berbagai sumber. Proses pengambilan
gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi,
artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya. Kutipan merupakan
pengokohan argumentasi dalam sebuah karya ilmiah. Seorang penulis tidak perlu
membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya
oleh penulis lain sehingga penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.
1. Hakikat Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah seringkali digunakan berbagai
kutipan—pinjaman pendapat atau ucapan seseorang—untuk mendukung, menjelaskan,
membuktikan, atau menegaskan ide-ide tertentu. merupakan suatu hal yang wajar
dan bahkan sangat efektif untuk menghemat waktu. Adalah suatu pemborosan waktu
bila seorang penulis harus menyelediki kembali suatu kebenaran yang telah
diteliti, dibuktikan dan dimuat secara luas dalam sebuah buku, majalah, dan
lain-lain, untuk tiba pada kesimpulan yang sama. Jadi, untuk mendukung
tulisannya, penulis bisa mengutip pendapat yang sudah teruji dengan menyebutkan
sumbernya agar pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Meskipun penggunaan kutipan pendapat ahli merupakan suatu
hal yang wajar, hal itu tidak berarti bawa sebuah tulisan dapat terdiri
dari kutipan-kutipan saja. Membuat tulisan dengan menggunakan terlalu banyak
kutipan dapat menimbulkan kesan bahwa karya itu hanya suatu koleksi kutipan
belaka. Sebagai patokan, panjang kutipan tidak boleh melebihi sepertiga panjang
tulisan. Secara ilmiah, ide-ide pokok dan kesimpulan-kesimpulan harus merupakan
pendapat penulis. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bukti-bukti pendukung
pendapat penulis tersebut.
Menuliskan sumber kutipan dalam tulisan dapat dilakukan
dengan bermacam cara sesuai dengan standar yang digunakan oleh lembaga atau
media tempat tulisan diterbitkan. Karena rumpun ilmu-ilmu sosial biasanya
menganut sistem American Psychological Association (APA), sangat
disarankan untuk menguasai sistem ini dan menggunakannya secara konsisten.
Berikut ini adalah pedoman pokok yang diadaptasi dari Suryana dkk. (2007).
Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua
jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung
merupakan pendapat para ahli yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik
berupa frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan
langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung yang
lebih dari empat baris. Kutipan tidak langsung adalah pendapat para ahli yang
dikutip dengan menggunakan parafrase, yaitu menuliskan kembali apa yang
dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa sendiri. Diantara kedua jenis
kutipan itu, yang paling disarankan untuk digunakan adalah kutipan tidak
langsung. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika (1) ungkapan yang
dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisan; (2) ungkapan yang
dikutip sudah sangat populer, atau (3) ungkapan yang dikutip sangat sulit
diparafrase.
2. Teknik Pengutipan
a.
Kutipan Langsung
Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris
dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan
teks; (ii) memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan; (iii) awal
kutipan memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun
terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di
akhir kutipan.
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut: (i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi;
(ii) ditulis dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak
(opsional); (iv) semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri
teks; (v) Awal kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang
(marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal
atau di akhir kutipan.
b.
Kutipan Tidak Langsung
Pengutipan ini dilakukan dengan cara-cara berikut: (i)
kutipan disatukan (inklusif) dengan teks; (ii) tidak memakai tanda petik dua;
(iii) Menggunakan ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa, mengemukakan
bahwa, berpendapat bahwa dll; (iv) Mencantumkan nama akhir
pengarang (marga), tahun, dan halaman.
3. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip
dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut.
1. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan
judul buku.
2. Nama orang dan identitas tahun terbit dan
halaman buku selalu berdekatan
Contoh:
Norman
(2004: 56) menyatakan bahwa ….
3. Kutipan tidak
dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan.
4. Penulis tidak
diperkenankan untuk mengadakan perubahan (katakata) dalam kutipan. Apabila
ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan enjelasan.
5. Apabila ada
kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun ketatabahasaan, tidak diperkenankan
mengadakan perubahan. Namun penulis boleh memberikan pendapat atau komentarnya
mengenai kesalahan atau ketidaksetujuannya dalam tanda kurung segi empat […].
Jika penulis menemukan kesalahan ejaan pada kata-kata
tertentu, dia hanya diperkenankan memberikan catatan terhadap kesalahan
tersebut dengan menambahkan kata [sic!] di belakang kata itu. Kata ini
menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Dia hanya
sekadar mengutip sesuai dengan apa yang ada dalam naskah aslinya. Kemudian,
jika penulis memandang perlu untuk memberikan penekanan dengan cara merubah
teknik penulisan, seperti menggarisbawahi, mencetak miring, atau mencetak
tebal, hal itu harus dijelaskan dalam tanda kurung segi empat […].
Contoh:
Setiawan (2001: 30) menegaskan bahwa: “Semakin dini
[huruf miring dari saya, Penulis] seseorang mulai belajar bahasa Inggeris [sic!]
akan semakin baik hasilnya dan semakin banyak waktu belajar bahasa Inggeris [sic!]
maka taraf penguasaan pembelajar terhadap bahasa itu akan semakin baik.”
6. Kutipan dalam
bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring.
7. Kutipan langsung
selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan huruf kapital.
Contoh:
Suazo (2001: 30) berpendapat bahwa “Emotional
intelligence is …”
8. Kutipan dapat
ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah, atau akhir teks.
9. Jika pengarang
ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis.
Contoh:
Pardede
dan Simanjuntak (2007: 34) berpendapat ….
10. Jika pengarang ada
tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama yang ditulis dan diikuti dkk.
Contoh:
Pardede
dkk. (2007: 34) menyatakan ….
11. Jika dalam dalam
tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari sumber berbeda yang ditulis
orang atau lembaga yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama juga, data
tahun penerbitan diikuti lambang huruf a, b, c, dst. berdasarkan abjad judul
buku-buku tersebut.
Contoh:
Garcia
(2009a: 34) menjelaskan ….
12. Jika kutipan
diperoleh dari majalah atau koran tanpa identitas penulis, nama majalah atau
koran tersebut dituliskan sebagai sumber.
Contoh:
Kompas (2009: 34) menyatakan ….
13. Jika kutipan
diperoleh dari dokumen yang diterbitkan oleh suatu lembaga, nama lembaga
tersebut dituliskan sebagai sumber.
Contoh:
Pusat
Bahasa (2007: 25) menjelaskan ….
14. Jika kutipan
diperoleh dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan tanpa identitas
penulis, judul atau nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2004) menyatakan ….
15. Kutipan dalam
bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam penulisan karya ilmiah
karena dirasakan tidak efektif.
16. Kutipan yang
berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat jarang dipakai sebagai
sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah karena kebenarannya sulit dipercaya
karena harus diketahui oleh orang yang bersangkutan (rawan kesalahan kutipan).
Jika terpaksa menggunakannya, kutipan seperti itu harus dibuatkan dulu ke dalam
transkrip dan diminta pengesahannya oleh pembicara.
17. Pengutipan
pendapat orang lain sebaiknya dilakukan secara variatif (jangan monoton).
Padukanlah kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
18. Apabila kutipan
itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil bagian intinya saja
dengan teknik memakai tiga tanda titik […], tetapi tidak boleh mengubah atau
menggeserkan makna atau pesannya.
Contoh:
Tylor (1991: 62) menegaskan: “It is … not possible to have action without character and character is
also defined by plot.”
19. Jika mengutip
pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah orang lain, bentuk
penyajiannya adalah.
Contoh:
Menurut
Chomsky (dalam Purba, 2009: 56), makna ujaran adalah ….
20. Penulisan kutipan
dari artikel dari internet mengikuti aturan yang sama dengan sumber bahan
tertulis, bila data tentang nama penulis, judul artikel, dan nomor halaman
tersedia. Jika nomor halaman tidak tersedia, sebutkan dari alinea berapa
kutipan tersebut diambil.
Contoh:
Menurut
Nazara (2009: alinea 5), sumber kekuatan utama seorang pria adalah …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar