Senin, 15 Desember 2014



Tata Cara Pengutipan dalam Karya Ilmiah
Kutipan adalah gagasan, ide, atau pendapat yang diambil dari berbagai ahli dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya. Kutipan merupakan pengokohan argumentasi dalam sebuah karya ilmiah. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain sehingga penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.

1. Hakikat Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah seringkali digunakan berbagai kutipan—pinjaman pendapat atau ucapan seseorang—untuk mendukung, menjelaskan, membuktikan, atau menegaskan ide-ide tertentu. merupakan suatu hal yang wajar dan bahkan sangat efektif untuk menghemat waktu. Adalah suatu pemborosan waktu bila seorang penulis harus menyelediki kembali suatu kebenaran yang telah diteliti, dibuktikan dan dimuat secara luas dalam sebuah buku, majalah, dan lain-lain, untuk tiba pada kesimpulan yang sama. Jadi, untuk mendukung tulisannya, penulis bisa mengutip pendapat yang sudah teruji dengan menyebutkan sumbernya agar pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Meskipun penggunaan kutipan pendapat ahli merupakan suatu hal yang wajar, hal itu tidak  berarti bawa sebuah tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan saja. Membuat tulisan dengan menggunakan terlalu banyak kutipan dapat menimbulkan kesan bahwa karya itu hanya suatu koleksi kutipan belaka. Sebagai patokan, panjang kutipan tidak boleh melebihi sepertiga panjang tulisan. Secara ilmiah, ide-ide pokok dan kesimpulan-kesimpulan harus merupakan pendapat penulis. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bukti-bukti pendukung pendapat penulis tersebut.
Menuliskan sumber kutipan dalam tulisan dapat dilakukan dengan bermacam cara sesuai dengan standar yang digunakan oleh lembaga atau media tempat tulisan diterbitkan. Karena rumpun ilmu-ilmu sosial biasanya menganut sistem American Psychological Association (APA), sangat disarankan untuk menguasai sistem ini dan menggunakannya secara konsisten. Berikut ini adalah pedoman pokok yang diadaptasi dari Suryana dkk. (2007).
Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pendapat para ahli yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik berupa frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris. Kutipan tidak langsung adalah pendapat para ahli yang dikutip dengan menggunakan parafrase, yaitu menuliskan kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa sendiri. Diantara kedua jenis kutipan itu, yang paling disarankan untuk digunakan adalah kutipan tidak langsung. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika (1) ungkapan yang dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisan; (2) ungkapan yang dikutip sudah sangat populer, atau  (3) ungkapan yang dikutip sangat sulit diparafrase.

2.  Teknik Pengutipan
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan teks; (ii) memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan; (iii) awal kutipan memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku;  penulisan ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan.
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional); (iv) semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan.
b. Kutipan Tidak Langsung
Pengutipan ini dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan disatukan (inklusif) dengan teks; (ii) tidak memakai tanda petik dua; (iii) Menggunakan ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa, mengemukakan bahwa, berpendapat bahwa dll;  (iv) Mencantumkan nama akhir pengarang (marga), tahun, dan halaman.

3.  Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut.
1.    Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku.
2.    Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu berdekatan
Contoh:
Norman (2004: 56) menyatakan bahwa ….
3.    Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan.
4.    Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (katakata) dalam kutipan. Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan enjelasan.
5.    Apabila ada kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun ketatabahasaan, tidak diperkenankan mengadakan perubahan. Namun penulis boleh memberikan pendapat atau komentarnya mengenai kesalahan atau ketidaksetujuannya dalam tanda kurung segi empat […].
Jika penulis menemukan kesalahan ejaan pada kata-kata tertentu, dia hanya diperkenankan memberikan catatan terhadap kesalahan tersebut dengan menambahkan kata [sic!] di belakang kata itu. Kata ini menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Dia hanya sekadar mengutip sesuai dengan apa yang ada dalam naskah aslinya. Kemudian, jika penulis memandang perlu untuk memberikan penekanan dengan cara merubah teknik penulisan, seperti menggarisbawahi, mencetak miring, atau mencetak tebal, hal itu harus dijelaskan dalam tanda kurung segi empat […].
Contoh:
Setiawan (2001: 30) menegaskan bahwa: “Semakin dini [huruf miring dari saya, Penulis] seseorang mulai belajar bahasa Inggeris [sic!]  akan semakin baik hasilnya dan semakin banyak waktu belajar bahasa Inggeris [sic!] maka taraf penguasaan pembelajar terhadap bahasa itu akan semakin baik.”
6.    Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring.
7.    Kutipan langsung selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan huruf kapital.
Contoh:
Suazo (2001: 30) berpendapat bahwa “Emotional intelligence is …”
8.    Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah, atau akhir teks.
9.    Jika pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis.
Contoh:
Pardede dan Simanjuntak (2007: 34) berpendapat ….
10. Jika pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama yang ditulis dan diikuti dkk.
Contoh:
Pardede dkk. (2007: 34) menyatakan ….
11. Jika dalam dalam tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari sumber berbeda yang ditulis orang atau lembaga yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama juga, data tahun penerbitan diikuti lambang huruf a, b, c, dst. berdasarkan abjad judul buku-buku tersebut.
Contoh:
Garcia (2009a: 34) menjelaskan ….
12. Jika kutipan diperoleh dari majalah atau koran tanpa identitas penulis, nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber.
Contoh:
Kompas (2009: 34) menyatakan ….
13. Jika kutipan diperoleh dari dokumen yang diterbitkan oleh suatu lembaga, nama lembaga tersebut dituliskan sebagai sumber.
Contoh:
Pusat Bahasa (2007: 25) menjelaskan ….
14. Jika kutipan diperoleh dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan  tanpa identitas penulis, judul atau nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004) menyatakan ….
15. Kutipan dalam bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam penulisan karya ilmiah karena dirasakan tidak efektif.
16. Kutipan yang berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat jarang dipakai sebagai sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah karena kebenarannya sulit dipercaya karena harus diketahui oleh orang yang bersangkutan (rawan kesalahan kutipan). Jika terpaksa menggunakannya, kutipan seperti itu harus dibuatkan dulu ke dalam transkrip dan diminta pengesahannya oleh pembicara.
17. Pengutipan pendapat orang lain sebaiknya dilakukan secara variatif (jangan monoton). Padukanlah kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
18. Apabila kutipan itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil bagian intinya saja dengan teknik memakai tiga tanda titik […], tetapi tidak boleh mengubah atau menggeserkan makna atau pesannya.
Contoh:
Tylor (1991: 62) menegaskan: “It is … not possible to have action without character and character is also defined by plot.”
19. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah orang lain, bentuk penyajiannya adalah.
Contoh:
Menurut Chomsky (dalam Purba, 2009: 56), makna ujaran adalah ….
20. Penulisan kutipan dari artikel dari internet mengikuti aturan yang sama dengan sumber bahan tertulis, bila data tentang nama penulis, judul artikel, dan nomor halaman tersedia. Jika nomor halaman tidak tersedia, sebutkan dari alinea berapa kutipan tersebut diambil.
Contoh:
Menurut Nazara (2009: alinea 5), sumber kekuatan utama seorang pria adalah …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar