Selasa, 02 Desember 2014



Wacana
Pengertian
Wacana adalah rangkaian tuturan atau kalimat yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara teratur, sistematis, dan padu. Wacana merupakan satuan bahasa yang terluas dan terlengkap.
Wacana mencakup kalimat dan paragraf. Dengan kata lain, kalimat dan paragraf merupakan bagian dari wacana. Namun demikian, ada pula wacana yang dibentuk oleh satu paragraf. Bahkan, ada pula yang hanya terdiri atas satu kalimat.
Wacana tidak selalu dalam bentuk tulisan, melainkan mencakup pula ragam lisan. Dalam bentuk tulisan, wacana sering disebut karangan.

Bentuk-Bentuk Karangan
1.    Prosa, adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci.
Prosa terbagi dalam dua macam, yaitu:
a.       Fiksi, adalah bentuk karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan.
Contoh: novel dan cerpen
b.      Nonfiksi, adalah bentuk karangan yang menekankan pada aturan sistematika ilmiah, aturan-aturan kelogisan.
Contoh: laporan kegiatan dan resep
2.    Puisi, adalah karangan yang mengutamakan irama, rima, dan kepadatan makna.
3.    Drama, adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.

Langkah-Langkah Mengarang
1.    Menentukan topik, tema, dan judul karangan
a.       Topik adalah gagasan inti karangan yang dijadikan landasan penyusunan karangan. Topik dinyatakan dalam kata atau kelompok kata. Misalnya: kebersihan lingkungan, teknik beternak kelinci, dan sebagainya.
Syarat-syarat penentuan topik:
1)      menarik;
2)      diketahui/dikuasai penulis;
3)      tidak kontroversial;
4)      mengandung unsur kebaruan (aktual);
5)      cukup sempit dan terbatas.
b.      Tema adalah pesan utama yang disampaikan penulis melalui karangannya. Tema dirumuskan dalam bentuk kalimat yang lengkap, disusun berdasarkan topik yang telah ditentukan. Misalnya: kebersihan lingkungan membuat hidup menjadi nyaman.
Ciri-ciri tema yang baik:
1)      dirumuskan dalam kalimat yang jelas,
2)      memiliki kesatuan gagasan; memiliki gagasan sentral,
3)      terarah,
4)      mengandung unsur keaslian (kebaruan).
c.       Judul, adalah nama untuk suatu karangan atau suatu pokok bahasan. Judul kadangkala dikemukakan lebih dulu. Namun bisa pula dibuat setelah karangan selesai dibuat.
Fungsi judul:
1)      nama bagi suatu karangan,
2)      slogan promosi untuk menarik minat baca,
3)      gambaran isi karangan, dan
4)      wujud kreativitas pengarang.
Ciri-ciri judul yang baik:
1)      menarik,
2)      menimbulkan rasa penasaran pembaca,
3)      mudah ditangkap maksudnya, dan
4)      mudah diingat.
2.    Menyusun kerangka karangan
Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu karangan. Manfaat kerangka karangan adalah:
a.       memudahkan penyusunan karangan sehingga menjadi lebih teratur,
b.      memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang kurang penting,
c.       menghindari timbulnya pengulangan pembahasan,
d.      sebagai pedoman untuk menentukan jenis data yang harus dikumpulkan dan membantu pengumpulan sumber-sumber yang diperlukan, dan
e.       memberi gambaran umum mengenai pokok yang akan dibahas atau dianalisis dalam karangan.
3.    Mengumpulkan data
Untuk memperkaya pemahaman dan pengetahuannya, seorang penulis harus mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan tema karangan. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca bahan acuan tertentu, mengadakan wawancara, atau pengamatan lapangan.
4.    Mengembangkan kerangka karangan
Sebuah karangan dapat disusun berdasarkan pola-pola tertentu, sebagai berikut.
a.       Urutan waktu (kronologis), yaitu urutan yang didasarkan runtutan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Pola ini umumnya digunakan dalam novel atau cerpen.
b.      Urutan ruang (spasial), yaitu urutan penyajian suatu keadaan atau benda yang disusun berdasarkan urutan keruangan. Misalnya, dari depan ke belakang, dari yang terdekat kepada yang terjauh. Pola ini umumnya digunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif.
c.       Urutan klimaks atau antiklimaks. Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendapat bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi (penting) kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila bagian penting ditempatkan pada bagian akhir maka urutan ini disebut urutan klimaks.
Sebaliknya, bila bagian yang dianggap penting dikemukakan pada awal pembahasan disebut urutan antiklimaks.
d.      Urutan kausalitas, mencakup dua pola yaitu urutan sebab-akibat dan akibat-sebab. Pada pola pertama, masalah utama dianggap sebagai sebab. Kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang merupakan akibat-akibatnya. Adapun pada pola kedua, masalah yang utama dianggap akibat. Kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang berusaha mencari sebab-sebabnya.
e.       Urutan pemecahan masalah. Pada pola ini, penyusunan kerangka karangan dimulai dengan penyajian masalah. Kemudian, bergerak menuju simpulan umum atau pemecahan atas masalah itu.
f.       Urutan umum-khusus. Pola ini terdiri atas dua corak, yaitu dari umum ke khusus dan dari khusus ke umum. Pada uraian yang bergerak dari umum ke khusus, pertama-tama diperkenalkan sesuatu yang umum kemudian diikuti oleh uraian-uraian khusus. Adapun umum-khusus merupakan kebalikannya.
g.      Urutan familiaritas. Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal.

Jenis-Jenis Karangan
Berdasarkan tujuannya, karangan dibedakan menjadi karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Jenis
Sifat
Isi
Narasi
nonilmiah/fiksi
Menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu.
Contoh: novel, cerpen, drama
Deskripsi
nonilmiah/fiksi
Menggambarkan sebuah objek sedemikian rupa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
Contoh: cerita tentang kesibukan di pasar, keadaan banjir
Eksposisi
ilmiah/nonfiksi
Merupakan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakta-fakta untuk memperjelas pemaparan.
Contoh: resep, laporan kegiatan, notulen rapat
Argumentasi
ilmiah/nonfiksi
Bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.
Contoh: karya ilmiah, laporan penelitian
Persuasi
ilmiah/nonfiksi dengan pendekatan psikologis
Bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Memerlukan fakta sebagai penunjang.
Contoh: iklan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar